UNIVERSITAS GUNADARMA

Friday, 30 September 2016

Analisis Interface

Pada kesempatan kali ini saya diberikan tugas untuk menganalisa interface sebuah film, yaitu film ex-machina. Film yang mengangkat cerita tentang robot yang menyerupai manusia, mulai dari fisik meskipun organ dalam tubuh tidak seperti manusia serta kepintarannya yang bisa di kategorikan pintar. Adalah robot ciptaan dari seorang programmer yang memberikan kecerdasan untuk diuji. Caleb berhasil terpilih untuk berpartisipasi dalam eksperimen Turing-Test dengan mengevaluasi sebuah robot android perempuan yang memiliki Artificial Intelligence (A.I.) bernama Ava yang diciptakan oleh Nathan.

Namun bukan jalan ceritanya yang akan saya jelaskan pada artikel ini meliankan interface dari film tersebut. Bila saya lihat pada film tersebut lumayan cukup masuk akal bila robot seperti Ava nantinya akan ada di tengah kehidupan kita di masa depan, mengingat sekarang pun sudah banyak negara-negara maju berlomba menciptakan robot-robot canggih nan cantik seperti buatan jepang contohnya.

Seperti nyata saat melihat film ex–machina, seolah tertipu bahwa Ava si robot tersebut adalah hasil editing dari sebuah film. Karena yang dirasakan saat menonton film tersebut dari awal hingga akhir Ava adalah sebuah robot, yang sebenarnya adalah manusia yang di perankan oleh seorang artis yang memang juga manusia. Yang patut diacungi jempol pada film ini adalah editing videonya, yang membuat film ini seperti nyata dan masuk akal. Memang tak secanggih seperti film Transformers, Iron Man, Thor, The Avengers atau film action lainnya yang menggunakan efek editing video tingkat tinggi.


Indonesia juga tak kalah dalam membuat film yang mengedepankan editing video. Film superhero Indonesia yang baru beredar Garuda diklaim sebagai film Indonesia pertama yang hampir seluruhnya menggunakan digital backlot, yaitu set latar yang dibangun secara digital. Hampir keseluruhan film ini syuting dengan para pemain yang berakting di depan layar kosong berwarna biru atau hijau (blue atau green screen), untuk kemudian ditambahkan berbagai efek dan animasi CGI (Computer-generated imagery), sebuah teknologi dalam pembuatan film. Cara ini memang tidak baru, sebab sudah ada beberapa film terkenal yang menggunakan cara serupa, bahkan di Hollywood. Yang membanggakan dari film ini adalah banyak kalangan mahasiswa dari berbagai daerah, seperti Yogyakarta, Jakarta, dan Padang untuk bergabung sebagai tim CGI. Semoga saja film Garuda ini tidak menjadi film pertama dan terakhir yang menggunakan efek dan animasi CGI agar lebih banyak mahasiswa indonesia menyalurkan bakat dan ide kreatif terutama dibidang editing video.

Mungkin cukup ini saja yang bisa saya bagikan kepada teman teman semua hasil analisis interface dari sebuah film yang mengedepankan set editing video. Silahkan berikan kritik dan saran apabila masih ada kekurangan. Terima Kasih.