Pada kesempatan kali
ini saya diberikan tugas untuk menganalisa interface sebuah film, yaitu film ex-machina.
Film yang mengangkat cerita tentang robot yang menyerupai manusia, mulai dari
fisik meskipun organ dalam tubuh tidak seperti manusia serta kepintarannya yang
bisa di kategorikan pintar. Adalah robot ciptaan dari seorang programmer yang memberikan
kecerdasan untuk diuji. Caleb berhasil
terpilih untuk berpartisipasi dalam eksperimen Turing-Test dengan
mengevaluasi sebuah robot android perempuan yang memiliki Artificial
Intelligence (A.I.) bernama Ava yang diciptakan oleh Nathan.
Namun bukan jalan ceritanya yang akan saya jelaskan pada
artikel ini meliankan interface dari film tersebut. Bila saya lihat pada film
tersebut lumayan cukup masuk akal bila robot seperti Ava nantinya akan ada di
tengah kehidupan kita di masa depan, mengingat sekarang pun sudah banyak negara-negara
maju berlomba menciptakan robot-robot canggih nan cantik seperti buatan jepang
contohnya.
Seperti nyata saat melihat film ex–machina, seolah tertipu
bahwa Ava si robot tersebut adalah hasil editing dari sebuah film. Karena yang
dirasakan saat menonton film tersebut dari awal hingga akhir Ava adalah sebuah
robot, yang sebenarnya adalah manusia yang di perankan oleh seorang artis yang
memang juga manusia. Yang patut diacungi jempol pada film ini adalah editing
videonya, yang membuat film ini seperti nyata dan masuk akal. Memang tak
secanggih seperti film Transformers, Iron Man, Thor, The Avengers atau film
action lainnya yang menggunakan efek editing video tingkat tinggi.
Indonesia juga tak
kalah dalam membuat film yang mengedepankan editing video. Film superhero Indonesia yang baru beredar Garuda diklaim sebagai film Indonesia
pertama yang hampir seluruhnya menggunakan digital
backlot, yaitu set latar yang dibangun secara digital. Hampir
keseluruhan film ini syuting dengan para pemain yang berakting di depan layar
kosong berwarna biru atau hijau (blue atau green screen), untuk kemudian ditambahkan berbagai efek dan
animasi CGI (Computer-generated imagery), sebuah teknologi dalam pembuatan film. Cara
ini memang tidak baru, sebab sudah ada beberapa film terkenal yang menggunakan
cara serupa, bahkan di Hollywood. Yang membanggakan dari film ini adalah
banyak kalangan mahasiswa dari berbagai daerah, seperti Yogyakarta, Jakarta,
dan Padang untuk bergabung sebagai tim CGI. Semoga saja film Garuda ini
tidak menjadi film pertama dan terakhir yang menggunakan efek dan animasi CGI
agar lebih banyak mahasiswa indonesia menyalurkan bakat dan ide kreatif terutama
dibidang editing video.
Mungkin cukup ini saja yang bisa saya bagikan kepada teman teman semua hasil analisis interface dari sebuah film yang mengedepankan set editing video. Silahkan berikan kritik dan saran apabila masih ada kekurangan. Terima Kasih.